Rabu, 13 Januari 2016
Operasi Transplantasi Kulit Pada Kaki Depan Kucing Lokal
Di Indonesia sangat sedikit literatur ilmiah yang diterbitkan tentang keberhasilan transplantasi kulit pada kucing lokal. Beranjak dari alasan tersebut saya telah melakukan penelitian yang bertujuan mengamati keberhasilan transplantasi kulit pada luka kaki depan kucing lokal. Transplantasi kulit adalah pemindahan bagian dari kulit secara total dari tubuh yang sehat dan ditempatkan pada area yang mengalami luka. Pembuluh darah di area luka akan tumbuh dan berkembang, sehingga kulit donor akan menyatu kembali dengan kulit resipien. Kematian jaringan dapat terjadi apabila pembuluh darah tidak tumbuh antara kulit donor dan kulit resipien. Kesembuhan luka transplantasi kulit sangat tergantung dari permukaan luka yang baik, perawatan luka dan aktivitas hewan terutama seminggu pertama setelah operasi transplantasi dilakukan. Anjing dan kucing memberikan penolakan yang lebih kuat terhadap transplantasi kulit dibandingkan mamalia lain.
Transplantasi di bagi menjadi 4 teknik yaitu autograft, isograft, allograft, xenograft. Transplantasi yang sering di gunakan pada hewan adalah teknik autograft dan isograft. Autograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan atau organ dari salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya dalam individu yang sama, sedangkan isograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan atau organ diantara individu yang genetisnya sama, seperti antara anak kembar yang berasal dari satu zigot atau kelompok-kelompok binatang yang berbeda yang masih satu jenis keturunan. Ada 2 tipe transplantasi kulit secara autograft yang sering digunakan untuk memperbaiki luka pada kulit yaitu full-thickness skin graft dan split/partial-thickness skin graft. Incisi dibutuhkan untuk menyesuaikan tepi luka dari donor dengan tepi luka resipen, sehingga fleksibilitas luka terjaga dan berpengaruh terhadap kesembuhan. Kulit donor akan kehilangan pasokan darah ketika dipindah ke luka resipien dan diharapkan terbentuknya pembuluh darah baru antara dasar luka dan kulit donor. Penggunaan transplantasi kulit dapat digunakan secara bebas terbatas untuk merekonstruksi luka pada bagian ekstremitas kucing dengan beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Full-thickness skin graft adalah pengangkatan jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya (epidermis dan seluruh dermis) yang diangkat dari tempat asalnya, sedangkan partial-thickness skin graft merupakan pengangkatan lapisan epidermis kulit yang sangat tipis dengan ketebalan bervariasi dari dermis yang dipindahkan secara bebas. Transplantasi tipe ini sering digunakan pada kasus-kasus anjing yang mengalami luka bakar dengan kehilangan kulit dalam jumlah besar. Full-thickness skin graft dan partial-thickness skin harus menyediakan rute cairan luka untuk keluar yang mencegah akumulasi cairan diantara dasar luka dan kulit donor. Penimbunan cairan tersebut dapat menghambat neovaskularisasi dan penolakan kulit donor. Pembuatan lubang kecil-kecil pada kulit donor yang disajikan pada Gambar 4 merupakan alternatif yang dapat dilakukan.
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan bahwa pengamatan terhadap jumlah leukosit dan trombosit menunjukkan adanya peningkatan pada hari ke-3 sampai ke-9 pasca operasi. Peningkatan tersebut terjadi karena usaha tubuh hewan untuk menolak kulit donor yang diberikan. Jumlah leukosit menurun kembali pada hari ke-12 pasca operasi, penggunaan preparat Non Steroid Anti Inflamasi Drugs akan mempercepat penerimaan kulit donor oleh tubuh resipien. Jumlah eritosit, hemoglobin dan hematokrit terlihat menurun pada hai ke-3 sampai ke-12 pasca operasi dan kembali meningkat menuju menilai normal. Penurunan eritrosit, hemoglobin dan hematokrit terjadi akibat pendarahan saat pembedahan dan nafsu makan kucing berkurang akibat nyeri. Peningkatan jumlah leukosit juga disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol akibat stres pada saat pengendalian dalam proses kesembuhan, pemberian obat, pemasangan Elizabeth colar dan penanganan setelah operasi. Kucing termasuk hewan yang sangat mudah stres dibandingkan spesies hewan lain. Stres menyebabkan pelepasan epineprin yang mengakibatkan perpindahan sel-sel darah putih dari Marginal Granulocyte Pool (MGP) ke dalam Circulating Granulocyte Pool (CGP), sehingga terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi.
Dalam kesembuhan luka transplantasi, warna kulit donor yang diharapkan pada beberapa hari pertama setelah operasi adalah bewarna merah dan beberapa hari kemudian kembali berwarna sama dengan kulit sekitar (tidak ada perubahan). Warna merah (hiperemi) pada kulit donor menunjukkan adanya neovaskularisasi yang terbentuk antara kulit donor dan tepi luka kulit resipien, sehingga kulit donor dapat diterima oleh dasar luka resipien. Tingkat hiperemi kulit donor ditentukan oleh permukaan luka yang baik sebelum operasi transplantasi kulit. Permukaan luka yang baik ditandai dengan warna dasar luka yang merah muda (sudah terjadi granulasi). Tidak baiknya dasar luka menyebabkan lama diterimanya kulit donor oleh resipien, atau bahkan bisa terjadinya penolakan terhadap kulit donor yang diawali kulit donor bewarna cyanotic akibat kurangnya neovaskularisasi. Kulit donor yang kurang mendapat vaskularisasi yang baik setelah ditransfer, harus bertahan setidaknya selama 48 jam, setelahnya kulit donor akan menyerap cairan yang mengandung protein dari pembuluh darah kapiler dasar luka, proses ini dikenal sebagai plasmatic imbibition. Selama periode ini kulit donor akan melekat pada jaringan dibawahnya (dasar luka) dengan pembentukan fibrin yang bertindak sebagai ‘biological glue’. Biological glue akan memberikan perancah dimana pembuluh darah kapiler baru akan tumbuh pada dasar luka resipien dan mulai menerima kulit donor. Biological glue diawali dengan anastomosis untuk membentuk sirkulasi darah baru, proses ini disebut inokulasi. Fase inokulasi terjadi dalam 48 jam setelah operasi, namun juga tergantung dari dasar luka. Fase ini ditandai dengan pembentukan pembuluh darah kapiler baru pada dasar luka yang akan bertemu atau terhubung dengan kulit donor. Pada fase ini darah sudah mulai beredar disekitar kulit donor untuk memberi nutrisi. Oleh karena itu persiapan dasar luka yang baik memberikan dukungan granulasi dan vaskulararisasi terhadap kulit donor merupakan penentu utama keberhasilan transplantasi kulit. Fase terakhir adalah maturasi, pada hari ke-4 pasca transplantasi kulit terjadi infiltrasi lapisan oleh fibroblast dan resorbsi bekuan fibrin, sehingga kulit donor melekat erat pada hari ke-9. Epitel bermitosis dengan hebat mencapai ketebalan 7 kali lipat. Organisasi dan penyatuan kulit donor dengan dasar luka terjadi pada hari ke 10 sampai 12 setelah operasi transplantasi kulit. Pada hari ke-18 pasca operasi, rambut sudah mulai tumbuh pada kulit donor. Pengamatan objektif dengan pemberian obat dibawah kulit donor menunjukkan adanya efek dan obat diabsorbsi dengan baik. Pengamatan histopatologi dengan pewarnaan hematoxillin-eosin terlihat adanya neovaskularisasi, hiperkeratinisasi, pembentukan folikel rambut dan kelenjar keringat. Struktur lapisan epidermis dan dermis sudah terbentuk sempurna. Transplantasi kulit secara autograft dapat dilakukan pada kucing lokal, keberhasilan transplantasi kulit sangat ditentukan oleh permukaan luka yang ideal, penggunaan perban yang tepat dan perawatan hewan beberapa hari pertama pasca operasi.
Erwin, Gunanti, D. Noviana, E. Handharyani (2015): Abstract: Blood, clinical, and histological profile of skin grafts autogenous healing on Indonesian local cat. Proceeding book 5th of Asian Meeting of Animal Medicine Specialties. November 1-2. Renaissance Hotel, Kuala Lumpur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar