Pendahuluan
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. Beberapa species hewan adalah pemakan tumbuh-tumbuhan dan untuk makanannya tergantung keseluruhannya dari tumbuh-tumbuhan. Hewan-hewan tersebut dinamakan herbivora. Spesies lain makanannya hampir seluruhnya tergantung dari daging atau hewan lainnya. Spesies itu disebut karnivora. Spesies lainnya lagi memakan kedua-duanya, tumbuh-tumbuhan maupun daging disebut omnivora. Tanpa memperhatikan kebiasaan makannya, semua hewan tergantung dari tumbuh-tumbuhan (secara langsung atau tidak langsung) untuk sumber makanannya. Lebih daripada itu dapatlah kita katakan bahwa semua kehidupan hewan tergantung secara tidak langsung dari matahari dan makanannya, karena melalui pengaruh sinar matahari dan hijau daun tumbuh-tumbuhan mengubah unsur-unsur dari udara dan tanah ke dalam zat-zat makanan yang nantinya dapat digunakan sebagai makanannya. Jadi dengan tidak adanya energi dari matahari tidak akan ada makanan untuk tumbuh-tumbuhan dan manusia.
Hewan memamah biak (Ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, terutama dari subordo Ruminantia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak). Hewan yang memamah biak secara teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia. Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, dengan dibantu mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya. Semua hewan yang termasuk subordo Ruminantia memamah biak,seperti sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah, bison, rusa, kancil, gnu, dan antilop. Ruminansia yang bukan tergolong subordo Ruminantia misalnya unta dan lama. Kuda, walaupun bukan poligastrik, memiliki modifikasi pencernaan yang efisien pula.
Hewan tidak menggunakan semua zat-zat makanan tumbuh-tumbuhan bagi berbagai proses tumbuh tepat seperti yang diperolehnya dari tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar zat-zat makanan kompleks perlu dirombak (dicerna) menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sebelum zat-zat makanan tersebut dapat diserap dan digunakan. Spesies hewan yang berbeda-beda mempunyai saluran pencernaan yang disesuaikan terhadap penggunaan jenis makanan paling efisien yang mereka makan. Jadi herbivora berbeda dengan karnivora dan omnivora dalam anatomi dan fisiologi sistem pencernaan.
Perbedaan anatomis dan perbedaan kapasitas dalam sistem pencernaan di antara spesies adalah lebih nyata secara fisis dari pada secara gizi karena makanan dalam saluran pencernaan boleh dikatakan masih tetap diluar tubuh. Dalam proses pencernaan, zat-zat makanan masuk tubuh dengan cara penyerapan melalui dinding saluran pencernaan. Proses metabolik yang kemudian menggunakan zat-zat makanan yang diserap, kenyataannya adalah sama bagi semua spesies.
Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai dengan anus. Bagian-bagian utamanya terdiri dari mulut, oesophagus, gastrium (rumen, reticulum, omasum, abomasums), small intestinum, large intestinum, rektum dan anus. Panjang dan rumitnya saluran pencernaan tersebut sangat bervariasi diantara spesies. Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih panjang dan lebih rumit. Pada beberapa herbivora (kuda dan kelinci) lambungnya relatif sederhana dan dapat disamakan dengan lambung karnivora sedangkan usus besarnya, terutama sekum lebih luas dan rumit dari yang dipunyai karnivora. Sebaliknya pada herbivora lain (sapi, kambing, domba), lambungnya (sistem berlambung majemuk) adalah besar dan rumit, sedangkan usus besarnya panjang akan tetapi kurang berfungsi.
Organ Pencernaan Pada Hewan Ruminansia
Mouth
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :
1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput.
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.
Mulut merupakan bagian saluran pencernaan yang pertama. Di dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi bertujuan untuk memecahpakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan menggunakan lidah sebagai alat pengecap dan mulut sebagai prehensi. Makanan hasil pengunyahan tersebut dicampurkan dengan saliva yang mengandung enzimamilase yang mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan.
Oesophagus
Oesophagus berfungsi sebagai penyalur bolus ke lambung melalui peristaltik, bukofaringeal, gaya berat (gravitasi). Pada kerongkongan terdapat kelenjar sekretoris, makanan tidak berubah dan tersusun oleh otok longitudinal dan sirkuler. Oesophagus pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi. Oesophagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Stomach
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati). Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7- 8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim slulosa yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa. Dari rumen makanan akan diteruskan ke retikulum dan ditempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (bolus). Bolus tersebut akan dimuntahkan kembali ke dalam mulut pada saat regurgitasi, dari mulut makanan akan ditelan kembali menuju omasum. Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadipenyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang. Termasuk organ pencernaan bagian belakang lambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakangtersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapat terjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secara hidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakand itahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses regurgitasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice.
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
Small Intestinum
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum. Kelenjar branner menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus pancreaticus. Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan illeum di sebelah caudal ventriculus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan. Pada sapi usus sangat panjang, usus halusnya saja bisa panjangnya mencapai 40 meter. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Proses absorpsi yang terjadi pada usus halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus). Penyerapanzat-zat makanan sebagian besar terjadi di dalam usus halus (duodenum) karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi, zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna akan dibantu proses pencernaannya oleh mikroorganisme.
Bagian penting dari pencernaan baru akan dimulai di usus halus, dimana asam lambung dineutralisir dan enzim-enzim dari hati dan pancreas dicampur dengan makanan. Enzim ini penting untuk mencerna dan menyerap karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Kemudian 90% fruktosa, protein, dan sari-sari makanan lain akan diserap, namun selulosa dan serat lain yang tidak dapat dicerna dengan baik (termasuk kulit pohon yang sering digerogoti kelinci maupun serat yang ada di pellet mereka) akan disingkirkan. Dalam cecum, bakteri akan mencerna selulosa, hampir semua jenis gula, sari-sari makanan dan protein berlebih yang tidak tercerna di usus halus.
Large Intestinum
Usus besar terdiri dari beberapa bagian antara lain caecum, colon dan rectum. Caecum disebut juga usus buntu yang terdapat pada hewan herbivore dan karnivora. Caecum pada hewan herbivora lebih besar dibandingkan hewan karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaannya berlangsung dengan cepat. Caecum pada kuda hanya berperan sebagai tempat fermentasi, disini terdapat gerakan penduler (mencampur) panyerapan dapat maksimal. Setiap 3 sampai 8 jam caecum akan berkontraksi dan memaksa material yang ada di dalamnya untuk kembali ke usus besar, dimana sisa-sisa tersebut akan dilapisi oleh lendir, dan berpindah ke anus dan sisa proses absorbsi tersebut akan menjadi kotoran. Caecum Berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabuabuan. Dalam coecum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat. Colon mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada usus halus dan terdapat sakulasi (kantong-kantong). Disini juga terjadi proses fermentasi dan absorbs air dan elektrolit secara intensif dan colon ini juga sedikit menggunakan gerakan peristaltic. Rectum merupakan kelanjutan dari colon dan membentuk feses dan penyimpanan sementara sebelum dikeluarkan melalui anus (rektum berakhir sebagai anus). Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang tidak tercerna. Cairan dari tractus digestivus, sel-sel epitel usus, mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri keluar melalui anus.
Daftar Pustaka
Anonimus. 2008. Sistem Pencernaan Ruminansia.
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/.
Anonimus. 2008. Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah biak
http://netfarm.blogsome.com/2007/10/02/sistem-pencernaan-ruminansia/.
Anonimus. 2008. Sistem Pencernaan
http://www.dszoo.com/forum/showthread.php?t=95
Franson, R.D., W.L. Wilke and A.D. Fails. 2003. Anatomy and Physiology of Farm Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.
Kenn, G.C and R.K. Carr. 2001. Comparative Anatomy of the Vertebrates. 9rd. McGraw-Hill Higher International.Edition Biological Science Series, Singapore.
Mainah, Henni, Lovita arian. 2009 . Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak . Jatinangor.
Shively, M.J. 1984. Veterinary Anatomy, Basic, Comparative and Clinical. Drawings by Sharon Ashby. Texas A and M University Press, USA.
Swenson.1997
Frances and Siddon.1993.
Tilman et al. 1982.
Czerkawski.1986.
Rabu, 01 Oktober 2014
Sabtu, 01 Maret 2014
Caslick pada Kuda
Caslik’s
Caslick’s adalah suatu kondisi abnormal bentuk dari vulva pada kuda. Secara normal vulva pada kuda dan hewan lainnya memberikan perlindungan pertama yang efektif bagi uterus dari kemungkinan terhadap infeksi dari lingkungan luar. Pada dasarnya ada tiga organ yang berfungsi sebagai penutup atau pembatas antara organ reproduksi bagian dalam (lumen uterus) dengan lingkungan luar. Ketiga organ tersebut adalah Vulva, Cerviks dan bagian yang menyempit antara vulva dengan vagina (Vulvo-Vaginal).
Pada waktu uretra eksternal terbuka maka dengan segera bagian vulvo-vaginal akan menyempit sehingga terjadinya penutupan pada bagian Vestibular. Hal ini berfungsi untuk melindungi alat-alat genital pada kuda dari masuknya udara kedalam uterus, dan melindungi uterus dari material-material feses yang dapat menyebabkan infeksi oleh berbagai kuman patogen.
Pada kuda selama masa oestrus, vulva dan cervix uteri akan berada pada kondisi istirahat, dimana akan terlihat daerah vulvo-vaginal dalam kondisi tertutup. Ini dapat dilihat pada gambar berikut ini, dimana bibir vulva dalam bentuk penuh dan tepat berada pada garis midline. Bila vulva dibuka, maka kedua bibir tepat berada pada piggir pelvis.
Gambar 1. Vulva dalam bentuk Nomal
Bila vulva tertutup lebih tinggi kira-kira 4 cm atau lebih kearah Dorsal dari dasar pelvis, maka vestibular tidak akan menutup secara rapat. Hal ini dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam vagina sehingga akan terjadi Pneumovagina. Bentuk vulva seperti ini juga dapat menyebabkan vagina terkontaminasi oleh material-material dari feses sehingga akan terjadi infeksi pada vagina dan alat-alat reproduksi bagian dalam lainnya. Infeksi yang terjadi dapat berupa Vaginitis, Cervicitis dan Endometritis akut, sehingga menyebabkan kuda menjadi infertil.
Gambar 2. Letak vulva 6 cm lebih tinggi dari dasar pelvis, dan bibir vulva membentuk sudut 25 derajat secara vertical
Gambar 3. Letak vulva 6 cm lebih tinggi dari dasar pelvis, dan bibir vulva membentuk sudut 50 derajat secara vertikal.
Gambar 4. Terlihat proses inflammatory dan sel endometrial pada preparat smear endometrial
Penyebab Caslick’s
Caslick’s pada kuda dapat disebabkan karena bentuk bawaan sejak lahir (konginetal) dan juga dap disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti:
1. Luka pada daerah Perineal
2. Kondisi fisik kuda (pada kuda yang sudah tua atau kuda kurus)
3. Pada kuda yang sudah beberapa kali melahirkan.
Meskipun Pneumovagina sering terjadi pada kuda-kuda yang sudah tua, tetapi pada kuda-kuda muda yang kurus dan kurang lemak yang mempunyai bentuk vulva yang tidak normal juga dapat terjadi pneumovagina. Pada beberapa kuda pneumo vagina hanya terjadi selama oestrus dimana jaringan perineal berada dalam kondisi istirahat. Pneumonia dapat biasanya ditandai dengan terjadinya hiperemi pada daerah vulva dan keluarnya eksudat dari vulva. Secara ultrasonografi dapat diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 5. Ultrasonografi Uterus, yang memperlihatkan adanya udara didalam lumen uterus.
Penanganan Caslick’s
Penanganan caslick’s dilakukan melalui operasi yang dikenal dengan Caslick’s Vulvoplasty. Metode ini pertama sekali diperkenalkan oleh Dr. E.A. Caslick pada tahun 1937. Metode ini dipakai untuk mereposisi kembali bentuk vulva ke kondisi normal.
Prosedur Pada operasi Caslick’s Vulvoplasty
1. Kuda di Restrain, kemudian ekor dibungkus dengan perban atau kain dan ditarik kesamping agar tidak mengganggu pelaksanaan operasi.
2. Feses dikeluarkan dari rektum dan vulva dicuci agar tida terjadi kontaminasi luka operasi oleh feses dan urin.
Gambar 6. Kuda direstrain, ekor dibungkus dengan kain.
3. Kemudian ditentukan daerah pelvis. Lalu dilakukan penyuntikan anastesi lokal pada daerah commisura dorsalis vulva.
Gambar 7. Penentuan dasar pelvis dan penyuntikan anastesi lokal.
4. Kemudian di incisi kira-kira 3-4 cm kearah pelvis, sebagian kulit dan mukosa subkutaneus diambil, lalu kulit dijahit kembali dengan pola jahitan Simple Continous. Dan disisakan kira-kira 3 cm ke bagian bawah agar tidak mengganggu pegeluaran urin pada kuda.
Gambar 8. Pengambilan sebagian kulit dan mukosa subkutaneus, dan kulit setelah dijahit kembali.
5. Jahitan dibuka kembali setelah 2-3 minggu atau setelah luka sembuh dan kulit sudah merekat dengan sempurna. Kemudian juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi penyumbatan pada vulva sehingga mengganggu proses kelahiran.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2001. Caslick's repair in mares. http://www.thoroughbredtimes.com/horsehealth/2001/January/06/Caslicks-repair-in-mares.aspx.
Dickson, D. V., C.L. Charles., L.B. Terry., P.B. Steven. 2005. The Breeding Season Actually Starts in November in the Northern Hemisphere. Department of Large Animal Clinical Sciences, College of Veterinary Medicine
Texas A&M University.
Jonathan, F. P. 2003. Vulval Conformation, Common Vulval Injuries and the Caslick's Procedure, Yorkshire. http://www.equinereproduction.com/articles/VulvalConformation.shtml
Caslick’s adalah suatu kondisi abnormal bentuk dari vulva pada kuda. Secara normal vulva pada kuda dan hewan lainnya memberikan perlindungan pertama yang efektif bagi uterus dari kemungkinan terhadap infeksi dari lingkungan luar. Pada dasarnya ada tiga organ yang berfungsi sebagai penutup atau pembatas antara organ reproduksi bagian dalam (lumen uterus) dengan lingkungan luar. Ketiga organ tersebut adalah Vulva, Cerviks dan bagian yang menyempit antara vulva dengan vagina (Vulvo-Vaginal).
Pada waktu uretra eksternal terbuka maka dengan segera bagian vulvo-vaginal akan menyempit sehingga terjadinya penutupan pada bagian Vestibular. Hal ini berfungsi untuk melindungi alat-alat genital pada kuda dari masuknya udara kedalam uterus, dan melindungi uterus dari material-material feses yang dapat menyebabkan infeksi oleh berbagai kuman patogen.
Pada kuda selama masa oestrus, vulva dan cervix uteri akan berada pada kondisi istirahat, dimana akan terlihat daerah vulvo-vaginal dalam kondisi tertutup. Ini dapat dilihat pada gambar berikut ini, dimana bibir vulva dalam bentuk penuh dan tepat berada pada garis midline. Bila vulva dibuka, maka kedua bibir tepat berada pada piggir pelvis.
Gambar 1. Vulva dalam bentuk Nomal
Bila vulva tertutup lebih tinggi kira-kira 4 cm atau lebih kearah Dorsal dari dasar pelvis, maka vestibular tidak akan menutup secara rapat. Hal ini dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam vagina sehingga akan terjadi Pneumovagina. Bentuk vulva seperti ini juga dapat menyebabkan vagina terkontaminasi oleh material-material dari feses sehingga akan terjadi infeksi pada vagina dan alat-alat reproduksi bagian dalam lainnya. Infeksi yang terjadi dapat berupa Vaginitis, Cervicitis dan Endometritis akut, sehingga menyebabkan kuda menjadi infertil.
Gambar 2. Letak vulva 6 cm lebih tinggi dari dasar pelvis, dan bibir vulva membentuk sudut 25 derajat secara vertical
Gambar 3. Letak vulva 6 cm lebih tinggi dari dasar pelvis, dan bibir vulva membentuk sudut 50 derajat secara vertikal.
Gambar 4. Terlihat proses inflammatory dan sel endometrial pada preparat smear endometrial
Penyebab Caslick’s
Caslick’s pada kuda dapat disebabkan karena bentuk bawaan sejak lahir (konginetal) dan juga dap disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti:
1. Luka pada daerah Perineal
2. Kondisi fisik kuda (pada kuda yang sudah tua atau kuda kurus)
3. Pada kuda yang sudah beberapa kali melahirkan.
Meskipun Pneumovagina sering terjadi pada kuda-kuda yang sudah tua, tetapi pada kuda-kuda muda yang kurus dan kurang lemak yang mempunyai bentuk vulva yang tidak normal juga dapat terjadi pneumovagina. Pada beberapa kuda pneumo vagina hanya terjadi selama oestrus dimana jaringan perineal berada dalam kondisi istirahat. Pneumonia dapat biasanya ditandai dengan terjadinya hiperemi pada daerah vulva dan keluarnya eksudat dari vulva. Secara ultrasonografi dapat diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 5. Ultrasonografi Uterus, yang memperlihatkan adanya udara didalam lumen uterus.
Penanganan Caslick’s
Penanganan caslick’s dilakukan melalui operasi yang dikenal dengan Caslick’s Vulvoplasty. Metode ini pertama sekali diperkenalkan oleh Dr. E.A. Caslick pada tahun 1937. Metode ini dipakai untuk mereposisi kembali bentuk vulva ke kondisi normal.
Prosedur Pada operasi Caslick’s Vulvoplasty
1. Kuda di Restrain, kemudian ekor dibungkus dengan perban atau kain dan ditarik kesamping agar tidak mengganggu pelaksanaan operasi.
2. Feses dikeluarkan dari rektum dan vulva dicuci agar tida terjadi kontaminasi luka operasi oleh feses dan urin.
Gambar 6. Kuda direstrain, ekor dibungkus dengan kain.
3. Kemudian ditentukan daerah pelvis. Lalu dilakukan penyuntikan anastesi lokal pada daerah commisura dorsalis vulva.
Gambar 7. Penentuan dasar pelvis dan penyuntikan anastesi lokal.
4. Kemudian di incisi kira-kira 3-4 cm kearah pelvis, sebagian kulit dan mukosa subkutaneus diambil, lalu kulit dijahit kembali dengan pola jahitan Simple Continous. Dan disisakan kira-kira 3 cm ke bagian bawah agar tidak mengganggu pegeluaran urin pada kuda.
Gambar 8. Pengambilan sebagian kulit dan mukosa subkutaneus, dan kulit setelah dijahit kembali.
5. Jahitan dibuka kembali setelah 2-3 minggu atau setelah luka sembuh dan kulit sudah merekat dengan sempurna. Kemudian juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi penyumbatan pada vulva sehingga mengganggu proses kelahiran.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2001. Caslick's repair in mares. http://www.thoroughbredtimes.com/horsehealth/2001/January/06/Caslicks-repair-in-mares.aspx.
Dickson, D. V., C.L. Charles., L.B. Terry., P.B. Steven. 2005. The Breeding Season Actually Starts in November in the Northern Hemisphere. Department of Large Animal Clinical Sciences, College of Veterinary Medicine
Texas A&M University.
Jonathan, F. P. 2003. Vulval Conformation, Common Vulval Injuries and the Caslick's Procedure, Yorkshire. http://www.equinereproduction.com/articles/VulvalConformation.shtml
Langganan:
Postingan (Atom)